Tadzkiroh

●●Renungan diri●●
 Yesterday at 21:46
Rasulullah SAW bersabda kepada menantunya, Ali r.a. , " Wahai ‘Ali, setiap sesuatu pasti ada penyakitnya.

Penyakit bicara adalah bohong,
penyakit ilmu adalah lupa,
penyakit ibadah adalah riya’,
penyakit akhlaq mulia adalah kagum kepada diri sendiri,
penyakit berani adalah menyerang,
penyakit dermawan adalah mengungkap pemberian,
penyakit tampan adalah sombong,
penyakit bangsawan adalah membanggakan diri,
penyakit malu adalah lemah,
penyakit mulia adalah menyombongkan diri,
penyakit kaya adalah kikir,
penyakit royal adalah hidup mewah, dan
penyakit agama adalah nafsu yang diperturutkan…."

Ketika berwasiat kepada ‘Ali bin Abi Thalib r.a. Rasulullah SAW bersabda, "Wahai ‘Ali, orang yang riya’ itu punya tiga ciri, yaitu : rajin beribadah ketika dilihat orang, malas ketika sendirian dan ingin mendapat pujian dalam segala perkara. "

Wahai ‘Ali, jika engkau dipuji orang, maka berdo’alah, " Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik daripada yang dikatakannya, ampunilah dosa-dosaku yang tersembunyi darinya, dan janganlah kata-katanya mengakibatkan siksaan bagiku…"

Ketika ditanya bagaimana cara mengobati hati yang sedang resah dan gundah gulana, Ibnu Mas’ud r.a berkata, " Dengarkanlah bacaan Al-Qur’an atau datanglah ke majelis-majelis dzikir atau pergilah ke tempat yang sunyi untuk berkhalwat dengan Allah SWT Jika belum terobati juga, maka mintalah kepada Allah SWT hati yang lain, karena sesungguhnya hati yang kamu pakai bukan lagi hatimu…"


Rugilah yang membaca Al qur'an tapi tidak mengamalkannya
 Yesterday at 07:34
Suatu malam Rasulullah SAW berbisik kepada Aisyah Ra: “Apakah kamu rela pada malam giliranmu ini aku beribadah?”.

Jawab aisyah, “Aku sungguh senang berada di sampingmu ya Rasulullah, tetapi akupun rela dengan apa yang engkau sukai.”

Rasulullah kemudian bangkit untuk berwudhu lalu beliau sholat sambil menangis tersedu sedu sampai membasahi lantai.

“Tidak biasanya Rasul terlambat ke masjid untuk sholat subuh. Ada apakah gerangan yang terjadi?” Bertanya Bilal.

Maka kemudian didatanginya Rasul dan ditemuinya beliau masih dalam keadaan menangis. “Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah mengampuni dosamu?”.

“Betapa aku tidak menangis, semalam telah turun kepadaku wahyu: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang orang yang mengingat Allah diwaktu berdiri, duduk dan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia sia, Maha suci Engkau Allah, peliharalah kami dari siksa neraka.”

Rasulullah kemudian berkata kepada Bilal, “Rugilah yang membaca Al-Quran tetapi tidak mengamalkan kandungannya.”


●●SEGERA BERTAUBAT....!!!!!●●

 Yesterday at 22:05
Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, kenapa kita perlu bertaubat? Apa reaksinya? Apakah kita merasa perlu bertaubat sesekali, atau melakukannya terus menerus? Mungkin, ada orang yang menganggap tidak perlu bertaubat terus menerus. Ada juga yang justru merasa sangat perlu melakukan-nya. Bahkan jika mungkin, ingin melakukan-nya setiap saat.

Bagi yang merasa tidak perlu mengulang-ulang taubat, alasannya, pasti karena mereka merasa tidak ada kesalahan yang menjadikan-nya perlu senantiasa memperbarui taubat. Tapi bagi yang merasa sangat mementingkan taubat, itu dilandasi kesadaran sebagai manusia mereka tidak terlepas dari kekhilafan. Apalagi kesalahan kepada Allah Maha Pencipta.

Bila kita melakukan kesalahan terhadap seseorang, cara terbaik untuk menyelesaikannya, adalah dengan meminta maaf. Meminta maaf, awalnya memang sangat berat. Sebabnya adalah rasa malu, segan dan sebagainya. Tapi apabila dilakukan, ternyata itu lebih bermanfaat. Pikiran menjadi lebih tenang, dan jiwa menjadi tentram. Suasana hati pun otomatis menjadi damai. Itu pasti. Sebaliknya, andai kita menunda permintaan maaf kepada orang tersebut, hati kita akan penuh dengan perasaan galau, gelisah.

Jika terhadap sesama manusia kita sanggup meminta maaf, hatta atas kekhilafan yang kecil, apalagi kesalahan yang terkait dengan Allah SWT. Harusnya, kita lebih segera lagi meminta ampun. Karena sebenarnya, tak ada manusia yang tak bersalah, bahkan siapapun manusia sangat banyak memiliki kesalahan dan kekurangan di hadapan Allah.

Hanya Rasulullah yang bersifat ma’sum, terlepas dari kesalahan dan dosa. Itupun, setiap Nabi dan Rasul yang diutus Allah ke muka bumi, senantiasa bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.

Apapun anggapan orang, sebenarnya manusia sangat banyak melakukan kesalahan dan dosa. Ada ulama yang mengatakan, bahwa manusia itu, kedipan matanya saja sudah dapat mengandung dosa. Dosa mata dengan penglihatan, dosa telinga dengan pendengaran, dosa tangan dengan perbuatan, dosa kaki dengan langkah dan gerakan, dosa hati dengan niat dan maksud, dosa lidah dengan tutur kata, dan sebagainya.

Ada orang yang menganggap melakukan dosa kecil itu merupakan kesalahan sepele dan karenanya tidak akan berdampak apa-apa. Padahal, justru orang yang menganggap kesalahan yang dilakukan sebagai dosa kecil, sebenarnya sangat mungkin ia telah memiliki dosa yang besar. Dosa kecil, ibarat debu beterbangan yang melekat pada kain. Jika dibiarkan terus menerus, kain itu pun akan menjadi kotor juga. lllustrasi seperti itu yang digambarkan oleh Rasulullah SAW. “Sesungguhnya iman itu muncul dalam hati bagaikan sinar putih. Kemudian dosa muncul pada hati seperti titik-titik hitam. Lalu merebak sampai seluruh hati menjadi hitam legam.”

Sebab itu orang yang menggunakan akal fikiran sehat, tidak mau mengisi waktunya dengan perbuatan yang sia-sia. Seperti mengumpat atau mencari kesalahan orang lain. Ia lebih berharap agar menjadi orang yang lebih disibukkan oleh kesalahan pribadi, daripada kesalahan orang lain. Allah SWT berfirman, “Siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itu adalah orang yang aniaya.”(QS. Al-Hujuraat: 11)

Mengetahui besar dan bahaya dosa, merupakan langkah pertama seseorang untuk meninggalkan dosa. Hal ini yang dimaksud oleh Imam Al-Ghazali dalam tahap ilmu (mengetahui). Artinya, seorang tak akan melakukan taubat kecuali setelah ia menyadari bahaya dosa. Dari kesadaran ini, seseorang akan menjauhi segala kemaksiatan, menyesalinya, dan bertekad untuk tidak melakukannya di masa yang akan datang. Rasul bersabda, “Taubat itu adalah penyesalan.”(HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dan AI-Hakim, dengan sanad shahih)

Mempercayai dosa sebagai racun mematikan, termasuk konsekuensi iman. Rasul SAW pernah mengaitkan berkurangnya kesempurnaan Iman dengan perbuatan maksiat. “Seseorang tidak mungkin berzina, sedangkan ia orang yang beriman.”(Muttafaq alaih). Secara timbal balik, perbuatan zina itu akan mengurangi iman seseorang.

Orang yang melakukan zina, sama saja dengan tidak mempercayai larangan Allah SWT. Allah SWT melarang zina, antara lain, karena zina akan melahirkan banyak bahaya pada pelakunya, maupun masyarakat. Sama dengan seorang dokter yang menyatakan, “jangan sekali-kali minum ini, karena ini adalah racun yang mematikan.” Pasien yang tetap meminum racun, sama artinya ia tidak percaya dengan nasihat dokter. Atau, ia tidak percaya bahwa pernyataan dokter itu adalah benar.

Dari analogi sederhana ini, pelaku kemaksiatan berarti menderita pengurangan iman. Bayangkan, bila kondisi seperti ini, kita alami di saat kita tiba pada tapal batas usia yang Allah berikan. Imam Al-Ghazali mengatakan, “Orang yang tidak segera bertaubat terancam bahaya besar. Hatinya menjadi gelap dan berkarat. Kemudian bila ia didatangi sakit atau maut, berarti dia menghadap Allah dengan hati yang tidak sejahtera.” Dan itu pula sebabnya, Al-Ghazali menyatakan bahwa taubat wajib dilakukan terus menerus, dan sesegera mungkin.

Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan datangnya ajal. Hikmah yang paling utama adalah, agar setiap manusia berupaya melakukan amal shalih sepanjang hidupnya. Rasulullah SAW selalu berdo’a agar ia menghadap Allah SWT dalam kondisi yang baik. Beliau kerap mengucapkan, “Ya Allah, jadikanlah kebaikan itu pada penghujung umurku. Ya Allah jadikanlah kesudahan amalku itu adalah ridho-Mu. Ya Allah jadikanlah saat yang terbaik bagiku adalah ketika aku menemui-Mu.”(HR. Thabrani)

Dalam hadits lain, disebutkan munajat Rasulullah SAW, “Ya Allah jadikanlah kebaikan itu pada penghabisan umurku. Dan kebaikan amalku adalah kesudahannya, dan waktu yang terbaik adalah saat menemui-Mu.” (HR. Thabrani)

Demikianlah untaian do’a utusan Allah SWT yang telah dijamin keselamatan hidupnya, di dunia dan akhirat. Beliau juga kerap memotivasi ummatnya agar memiliki akhir yang baik dalam hidup. Suatu ketika, Nabi SAW bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, maka Ia akan menggunakannya.” Para sahabat lalu bertanya, “Apa maksudnya ya Rasulullah?” Rasul kemudian menjawab, “Allah akan menjadikannya beramal shalih, lalu Ia wafatkan pada waktu itu.”(HR Turmudzi)

Karenanya, menurut Rasulullah, nilai kebaikan seseorang tidak dapat ditentukan, sebelum diketahui bagaimana akhir hayatnya. “Jangan terburu tertarik dengan amal yang dilakukan oleh seseorang, sebelum engkau melihat bagaimana akhir hidupnya. ”(HR. Ahmad)

Bila tak ada yang tahu tapal batas usia manusia, dan tidak ada manusia yang suci dari dosa, kenapa kita harus menunda-nunda taubat. Segeralah mohon ampun, beristighfar pada Allah. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang diberi karunia, menemui-Nya dalam keadaan yang paling baik. Amiin.

Benarkah Kita Beriman?
 Tuesday at 15:02

Berbagai masalah yang menimpa umat Islam , Baik dari segi sosial, politik, ekonomi dan segala macam sudut. Kita sebagai umat Islam lebih cenderung menyalahkan pihak lain di atas kelemahan kita sendiri. Bukan semua yang bersifat begini tetapi ada dalam kalangan umat Islam itu sendiri.

Saya coba berdiskusi tentang pendapat saya bersama para pembaca artikel ini. Jika ada salah dan khilaf boleh ditegur dengan cara yang bermusyawarah seperti yang diamalkan oleh junjungan besar kita Rasulullah S.A.W. Ini adalah sekadar pendapat pribadi saya,hasil daripada pengalaman hidup saya yang tidak seberapa ini.

Kita sambung kembali isu yang dibincangkan diatas tadi. Sebagai contoh dan ini tiada kaitan dengan siapapun, banyal umat Islam dewasa ini cukup prihatin dalam isu Palestina. Banyak juga pihak sama ada yang beragama Islam atau pun tidak yang telah membantu dari segi bantuan keuangan, pakaian, tenaga dan berbagai lagi apapun yang dirasakan perlu untuk membantu rakyat Palestin yang menderita.
Banyak juga yangberdoa supaya rakyat Palestina agar diselamatkan dan pihak yang menindas ke atasnya dihancurkan daripada muka bumi ini dan kalau tidak salah, doa-doa ini juga sering berkumandang di tempat yang makbul doa seperti di Tanah Suci Makkah dan juga Madinah.

Persoalannya,

Adakah Yang Maha Mendengar tidak mendengar doa kita?

Adakah Yang Maha Mengetahui tidak mengetahui hambaNYA sedang menderita?

Adakah Yang Maha Mengasihani tidak mengasihani hambaNYa?

Adakah Yang Maha Melihat tidak melihat kesengsaraan hambaNYA?

Adakah Yang Maha Berkuasa tidak berkuasa ke atas kekuasaanNYA?

Adakah Yang Maha Pencipta tidak dapat mengawal ciptaanNYA?

Tidak sesekali tidak karena Allah itu Maha Sempurna tiada yang menandinginya.

Wahai orang yang Islam, kita coba lihat kembali dalam diri kita. Sememangnya nama kita Muhammad, nama kita Ahmad, nama kita Abu Bakar, nama kita Umar, nama kita Utsman, nama kita ‘Ali, nama kita Khadijah, nama kita ‘Aisyah, nama kita Fatimah tetapi adakah kita benar-benar beriman?


Apa itu iman?

Iman itu yakin.

Bagaimanakah perasaan yakin itu?

Seseorang yang yakin kawannya seorang yang amanah akan menceritakan rahsianya tanpa sedikit kuatir bahwa kawannya itu akan menceritakan rahsia tersebut kepada pihak lain.

Inilah yakin.. Tiada keraguan.

Di mulut yakin yang Allah itu Maha Melihat, tetapi masih melakukan dosa bersunyi diri.

Di mulut yakin bahwa Allah itu Maha Mendengar tetapi mulut masih menggunjing kelemahan dan aib orang lain.

Di mulut yakin bahwa Allah itu Maha Berkuasa tetapi masih merasakan diri sendiri yang berkuasa dengan meninggalkan sholat. Bagi yang tidak meninggalkan sholat, coba ingat balik sholat fardhu yang kita lakukan tadi, sempurnakah? Adakah menepati ciri-ciri sholat yang khusyuk?

Puasa, bagi yang berpuasa, sempurnakah puasa kita secara batinnya? Pada zahirnya kita berpuasa,tapi batinnya?

Zakat dan haji, ini yang fardhu bagi yang mampu, jangankan lkagi perkara yang sunnah.

Banyak lagi kalau ingin dijabarkan akan kelemahan sebagai KITA UMAT ISLAM. Lihat saja Rukun Islam kita yang lima.

Sejauh mana tahap keyakinan terhadap Allah S.W.T?

Sejauh manakah keimanan kita terhadap Allah S.W.T?

Hal ini berlaku kepada umat Islam seluruh dunia. Umat akhir zaman. . Itukah jawaban kita?

Kita ibarat buih-buih di lautan. Banyak tetapi tidak bertahan lama. Orang yang lemah imannya akan terus mengikut arus. Orang yang sederhana imannya dapat menahan arus. Orang yang kuat imannya dapat melawan arus. Kita bagaimana?

Mungkin secara ikrar dan perbuatan menunjukkan kita beriman. Perkataan yang dituturkan oleh kita menampakkan seolah-olah kita orang yang beriman. Perbuatan kita melakukan solat, puasa, zakat,tulisan-tulisan kita di buku-buku atau blog-blog menunjukkan kita orang yang beriman walaupun kita tidak menyatakannya. Tapi di manakah hati kita?

Bukankah iman itu dicetuskan oleh hati, diikrarkan dengan lidah dan dibuktikan dengan perbuatan? Ketiga-tiganya mesti disalaraskan. Hati, lidah dan perbuatan.

Hati kita belum yakin dengan ucapan keimanan yang kita ucapkan. Hati kita belum yakin dengan perbuatan keimanan yang kita lakukan.

BENARKAH KE KITA BERIMAN?

Penulis bukanlah seorang sangat kuat agamanya. Cuma ingin DISKUSIKAN pendapat yang kerdil ini. Saling mendoakan untuk kesejahteraan iman saya dan umat Islam seluruh dunia

WANITA PERTAMA KALI SYAHID DALAM ISLAM ....~..~....

 Monday at 20:01
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

ALKISAH

Pada jaman dulu bangsa Arab yang hidup di jaman jahiliah merupakan bangsa yang sangat kotor . Kepercayaannya kepada ALLAH Subhanallahu Wa Ta'ala telah dirusak dengan pemujaan berhala dan benda - benda Alam lainya. Ekonomi masyarakatnya telah dikotori dengan penindasan yang di praktikkan pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah, kesewenang - wenangan orang - orang kaya terhadap orang - orang miskin ,serta keserakahan orang - orang yang hidup melarat.

Kebudayaan mereka telah dikontaminasi sedemikian rupa oleh kerendahan akhlak, penghinaan terhadap wanita , perbudakan sesama manusia,serta pemujaan terhadap hawa nafsu . Agama mereka adalah Agama yang kaya dengan upacara ( ritus ) tetapi miskin pengamalan.

Di saat - saat seperti itulah Allah Subhanallahu Wa Ta'ala mengutus seorang Rasul yang beranama Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah orang suci yang bergelar Al - Amin. Beliau lahir dari keluarga yang shalih dan terpercaya , serta perngurus , pemelihara , dan penjaga Baitullah ( Ka ' bah )

Kepada masyarakat yang kotor , ditiupkannya angin kesucian. Beliau senantiasa menyeru bangsanya untuk senantiasa mengagungkan nama Allah Subhanallahu Wa Ta'ala. Beliau juga selalu mengingatkan manusia bahwa diri mereka telah sedemikian tercemar akibat terlalu mengutamakan dunia, padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal lagi.

FIRMAN ALLAH SUBHANALLAHU WA TA'ALA :

Sungguh berbahagia orang yang mensucikan
dirinya lalu mengingat Allah dan memuja - Nya.
Tetapi , kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia
padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal. ( Qs - Al - Ala : 14 - 17 )

Sedikit demi sedikit , berubahlah karakter bangsa Arab yang jahiliah tersebut. Mereka lebih memilih kesucian walaupun harus begelimang darah atau kehilangan nyawa. Lihatlah Sumayyah misalnya.Bersama suaminya ,Yassir , dan anaknya ,Ammar, Sumayyah masuk islam . Ia membersihkan akidahnya dari karat - karat kemusyrikan. Karenanya, ia lantas dianiaya , dipukuli , dan dijemur ditengah sengatan terik matahari padang pasir oleh kaum musyrikin Mekah.

Padahal Sumayyah adalah kanat ' adjudzan kabiratan dha ' afatan.

Ya , Ia adalah wanita tua yang sangat renta dan lemah.

Sumyyah bertahan . Abu Jahal datang dengan tombak di tangan . Ia memaksa Sumyyah mengucapkan kata - kata kufur . Waktu itu Rasulullah Saw mengutus seorang sahabat untuk menyampaikan berita kepada Sumyyah dan mengizinkannya untuk mengucapkan kalimat kufur asal hatinya tetap beriman.

Apa jawab Sumayyah ?

'' Balaghani Rasulullahissalam , inna Sumayyatallati thaharallahu qalbaha la tasthati ' u antalwusa lisanaha bikalimatil kufri.''

''Sampaikanlah salamku kepada Rasulullah Saw. Sesungguhnya Sumayyah yang telah Allah Subhanallahu Wa Ta'ala sucikan hatinya dengan keimanan, tak akan sanggup mengotori lidahnya dengan kata - kata kufur.''

Mendengar itu , Abu jahal gusar . Ia menusukkan tombaknya kerahim Sumayyah.

'' Ma tat ' alal fauri wakanat awwalu syahidatan fil islam.''

'' Ia mati karena kehabisan darah . Dan jadilah Sumayyah orang yang pertama kali syahid dalam Islam.''

SUBHANALLAH ?
Sumayyah memilih ditusuk tombak ketimbang mencemari lidahnya dengan kalimat kufur. Periksalah lidah kita ; tidakkah kita dengan mudah mengobral makian , menyebarkan fitnah , dan menggunjing kejelekan orang lain , padahal padahal kejelekan kita sendiri bertumpuk - tumpuk .

Sungguh kita telah berlaku sebagaimana yang dikatakan sebuah pepatah ; kuman diseberang lautan nampak jelas , gajah di pelupuk mata tak kelihatan. Periksalah hati kita; tidakkah kita terus dan masih memelihara didalamnya penyakit dengki , iri hati, takabur , munafik , buruk sangka , serta penyakit - penyakit hati lainnya.. ASTAGFIRULLAH...?

Semoga catatan ini bisa dijadikan contoh - contoh minimal
Dapat dijadikan rujukan dan panutan dalam menempuh
Arung kehidupan ini . amin .

●●Surat Cinta Untuk Jiwaku dan Jiwamu●●

 Monday at 07:31
Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri serta sahabat-sahabat tercintaku yang insyaAllah tetap mencintai Allah dan RasulNya di atas segalanya, karena hanya cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandangan yang berbeda, lebih bermakna dan indah.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati sahabat-sahabat tercintaku yang kerap kali terisi oleh cinta selain dariNya, yang mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukan keranaNya, lalu di ruang hatinya yang kelam merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah di mana keikhlasannya.

Maka saat merasakan kekecewaan dan kelelahan karena perkara yang dilakukan tidak sepenuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil. Dia akan melihat kesungguhan dalam berproses.

Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa sahabat-sahabat tercintaku yang mulai lelah menapaki jalanNya ketika seringkali mengeluh, merasa dibebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Surat ini kutujukan untuk roh-ku dan roh sahabat-sahabat tercintaku yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu, serta membiarkan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu di manakah kejujuran diletakkan? Dan kini terabailah sudah nurani yang bersih, saat ibadah hanyalah sebagai rutin belaka, saat jasmani dan fikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang penuh kepalsuan.

Coba lihat disana! Hatimu menangis dan meranakah?
Surat ini kutujukan untuk diriku dan diri sahabat-sahabat tercintaku yang sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri. Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih di hadapanNya selain ketakwaan.

Padahal kita menyedari bahawa tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan kefanaan. Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati sahabat-sahabat tercintaku yang mulai mati, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan berlalu begitu sahaja, saat tiada rasa takut padaNya ketika maksiat dilakukan, dan tiada merasa berdosa ketika mendzalimi diri sendiri dan orang lain.

Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun sedikit, jangan biarkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling, memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dariNya

"Ya..Allah yang maha membolak-balikkan hati, tetapkan hati ini pada agamaMU, pada taat kepadaMu dan dakwah di jalanMu "


Wallahualam bisshawab Semoga dapat membangkitkan iman yang sedang mati atau jalan di tempat, berdiam diri tanpa ada sesuatu amalanpun yang dapat dikerjakan. Kembalikan semangat itu sahabat- sahabat tercintaku.. ... Ada Allah dan orang-orang beriman yang selalu menemani di kala hati "lelah".


●●Noda Yang Menghancurkan Ibadah●●

 Monday at 01:45
Banyak orang beranggapan bahwa kualitas ibadah hanya ditentukan oleh syarat, rukun, dan kekhusyukan dalam pelaksanaannya. Misalnya, sholat yang berkualitas adalah yang didahului oleh wudhu yang benar, suci pakaian dan tempatnya, serta khusyuk dalam melakukan setiap rukunnya. Demikian pula dengan ibadah-ibadah yang lain.

Saad bin Abi Waqqash RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang rahasia agar ibadah dan doa-doanya cepat dikabulkan. Rasulullah SAW tidak mengajari Sa'ad tentang syarat, rukun, ataupun kekhusyukan. Rasulullah SAW mengatakan, "Perbaikilah apa yang kamu makan, hai Sa'ad." (HR Thabrani).

Ada sindiran yang hendak disampaikan Rasulullah SAW lewat hadis di atas.Yaitu, bahwa kebanyakan manusia cenderung memperhatikan 'kulit luar', tapi lupa akan hal-hal yang lebih penting dan fundamental.

Setiap Muslim pasti mengetahui bahwa sholat atau haji mesti dilakukan dengan pakaian yang suci. Pakaian yang kotor akan menyebabkan ibadah tersebut tidak sah atau ditolak. Namun, betapa banyak di antara kaum Muslim yang lupa dan lalai bahwa makanan yang diperoleh dari cara-cara yang kotor juga akan berakhir dengan ditolaknya ibadah dan munajat kita.

Rasulullah SAW telah mengingatkan, "Demi Dzat Yang menguasai diriku, jika seseorang memakan harta yang haram, maka tidak akan diterima amal ibadahnya selama 40 hari." (HR Thabrani).

Dalam hadist lain yang dinukil Ibnu Rajab al-Hanbali, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang di dalam tubuhnya terdapat bagian yang tumbuh dari harta yang tidak halal, maka nerakalah tempat yang layak baginya."

Di sinilah terlihat dengan jelas, hubungan antara kualitas ibadah dan sumber penghasilan. Bahkan, karena ingin memastikan bahwa semua yang dimakan berasal dari sumber yang halal, para Nabi dan Rasul menekuni suatu pekerjaan secara langsung untuk menghidupi diri dan keluarga mereka.

Nabi Daud a.s adalah seorang penempa besi dan penjahit, Nabi Zakaria a.s seorang tukang kayu, Rasulullah SAW adalah seorang pedagang, dan seterusnya. Demikian pula dengan para sahabat yang mulia; majyoritas kaum Muhajirin berkerja sebagai pedagang, sementara kaum Ansar mengendalikan hidupnya dari pertanian.

Selain daripada itu, ketika seseorang bergelimang dengan harta yang haram, dan dia menafkahi keluarganya dengan harta tersebut, sebenarnya ia tidak hanya menodai ibadahnya sendiri. Tapi, juga menodai ibadah dan masa depan anak-isterinya.

Seperti komentar Syekh 'Athiyah dalam Syarh al-Arbain an-Nawawiyah, "Orang tua seperti itu secara sengaja membuat ibadah dan doa anak-anaknya tertolak. Sebab, ia menjadikan tubuh mereka tumbuh dari harta yang haram."

Wa Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar